Sunday, November 11, 2012

Sinopsis The Case of Itaewon Homicide Part 4


Pengadilan ke 5, 7 Juni 1997


Pengacara Jang menanyai Pearson, bagaimana caranya korban jatuh dalam pelukannya dan cara Pearson mendorongnya. Jang minta hakim melihat laporan investigasi no 59 dimana dituliskan kalau darah yang menyembur lebih banyak mengarah kepada orang yang lebih dekat dengan luka korban.


Jaksa Park bangkit dan menyatakan, "Mohon dilihat dari laporan 126 untuk hal itu". Hakim melihat berkasnya.


Pengacara melanjutkan, "Menurut saksi di tempat, celana korban sedikit melorot, normalnya laki laki yang buang air kecil adalah menurunkan celana dan sedikit memendekkan tubuhnya yang akan mengurangi tinggi badannya sekitar 10 cm. Pada kasus seperti ini orang yang lebih kecil dari korban dapat menusuknya". sambil mengatakan itu pengacara Jang sambil mempraktekkannya.


Jaksa Park menyatakan keberatannya. Menurutnya pengacara berusaha menutupi fakta. Jang ngotot, dia hanya menyatakan umumnya, mereka jadi berdebat yang bukan porsinya sampai pada point ketika pengacara Jang mengungkit kesenioritasannya. Jaksa Park marah dan meninggikan suaranya. 


"Kenapa kata senioritas harus muncul di pengadilan ?, ungkapnya. Pearson dan Alex tersenyum simpul.


Jaksa Park melihat keduanya. Hakim meminta keduanya tenang dan menyatakan sidang ditunda. Hehe,...gara gara praktek BAK sampai sidang ditunda!.


Jaksa Park membereskan berkasnya, seorang panitera datang dan menuju mejanya. Mereka berbincang, Jaksa Park menyatakan kalau Alex benar benar 'sesuatu', dia menanyakan juga tentang siapa yang tersenyum tadi Alex atau Pearson. Panitera malah balik tanya, dia seakan tidak tahu.


Hakim memanggil keduanya, dia tidak akan melanjutkan pengadilan kalau kedua orang tersebut bertindak kekanak kanakkan. Dia minta keduanya untuk mengerti karena dia tidak hanya mengurus kasus mereka, banyak lagi kasus yang sedang dia tangani. 


Pengacara Jang mengerti tapi tetep..dia menyatakan kalau dia tidak BAK seperti itu katanya. Jaksa Park hanya diam, dia terlihat seperti sedang berpikir. Hakim akan melakukan olah TKP, minta keduanya untuk bersikap pro. Jaksa Park terkejut karena dia ditanya, pikirannya sedang berada di tempat lain tapi kemudian dia menyatakan iya.



Olah TKP, Juli 22, 1997.


Bis yang membawa tersangka memasuki area restoran. Ayah Alex sudah menunggu dengan gelisah, wartawan yang akan meliput memenuhi TKP. Saat Alex dan Pearson keluar, mereka mendapatkan penjagaan yang ketat dari petugas. wartawan mengerubutinya dan minta pendapat dari keduanya tapi tak satu pun yang bersedia bicara. 


Mereka diam dan hanya memandang sekeliling. Ayah berusaha  mendekati Alex dan memberinya support, sementara keluarga Joong Pil mencercanya..kok keluarga Pearson ga pernah kelihatan ya...??


Semua yang terkait memasuki restoran yang kali ini memakai police line. Alex masuk pertama dan berdiri di posisi dia waktu kejadian. 


Alex membungkuk menyalakan kran dan akan mencuci tangan tapi penyidik A mematikan kran itu dan meminta Alex untuk pura pura saja kran itu nyala. "Ketika aku mengangkat kepala, aku melihat Pearson...yaa.. Pearson", ungkapnya sambil melihat ke arah korban yang diperagakan oleh manekin. 


Hakim minta Pearson masuk. seorang polisi yang pura pura jadi Pearson masuk dan mendekati korban. Tapi dia terhalang tubuh Alex yang hampir menghabisi jalan. Dia tidak bisa lewat. 


Pengacara Jang memalingkan muka sambil menutup mulut dengan saputangan, hakim tersenyum sambil menggelengkan kepala sementara Jaksa Park menatap tajam.


Jaksa Park sedang merokok sendirian ketika penyidik A memanggilnya. "Sekarang giliran Pearson". dia beranjak dan pergi kembali ke toilet.


"Aku mengikuti AJ masuk toilet kemudian menuju pinggir wastafel dan melihat ke arahnya, tiba tiba dia mulai menusuk orang Korea itu". Saat ditanya berapa kali tusukan, Pearson dengan lancar menjawab kalau 9 tusukan, 3 di leher kanan 4 di leher kiri dan 2 di jantung. Wooww...


Polisi yang pura pura menjadi Alex masuk dan menusuk korban tapi Pearson protes dengan cara menusuk polisi itu. Bukan seperti itu menusukknya katanya. Pearson mengambil alih pisau itu dan menusuk korban dengan semangat sebanyak yang dia sebutkan tadi. Dia malah yang membalikkan korban dan mendorongnya ke samping. dia melakukan olah TKP versinya sendirian. 


Saat mempraktekkan penusukan itu, mata Pearson sangat meyakinkan kalau memang itu terjadi seperti versinya. Tapi...kok kayak Pearson yang menusuk korban yaaa...Mata dia seakan bicara kalau dia yang melakukannya karena ada semacam kepuasan saat mempraktekkan itu.


Tapi saat mendorong korban, Jaksa Park menyataka kalau Pearson salah mendorong arahnya. Pearson termangu, Jaksa Park menatap seakan menemukan sesuatu dari kejadian itu sementara Pengacara Jang protes karena melihat Jaksa Park yang membantu Pearson memperagakannya.


Hakim kemudian menetapkan pengadilan berikutnya pada 8 September. Saat Jaksa Park keluar, dia mendengar Pengacara Jang yang berbicara dengan ayah yang menuduhnya seakan Jaksa Park adalah pengacara Pearson karena selalu berada di pihak Pearson.


Jaksa Park terus berjalan menjauhi TKP, dia tidak memperdulikan ocehan kedua orang itu. Kedua tersangka berada di mobil tahanan, mereka memandang ke luar dengan hati yang berkecamuk.


Jaksa Park mengajak Penyidik A minum minum. Dia terus memaksa Penyidik untuk menambah minuman meski sudah berusaha ditolak. Penyidik mengatakan kalau dia juga setuju Alex lah pelakunya tapi Jaksa Park malah heran. Bukankah penyidik selama ini meyakini Pearson pelakunya, selalu dengan berbagai alasan termasuk OID ?.

Jaksa Park minta penyidik melupakan posisinya sebagai jaksa. dia ingin tahu pendapat penyidik secara personal kepada orang biasa. "Sebenarnya aku juga berpendapat Pearson adalah pelakunya, tapi setelah melihat yang terjadi di olah TKP, aku tahu kamu benar".


Tes darah yang keluar juga negatif, itu yang mengherankan juga tapi mereka tidak punya peralatan yang baik untuk membuktikannya. Hasil investigasi US pun tidak banyak membantu. Mereka masih bingung sepertinya. Terakhir, penyidik minta Jaksa Park hanya pilih saja salah satu toh chance nya fifty fifty, Park marah!


Dalam perjalanan pulang, Jaksa Park minta taksi memberhentikannya di restoran TKP, dia masuk toilet dan dalam bayangnya dia melihat Alex dan Pearson menuju toilet dengan seringai senyum.


Jaksa Park mencoba mneghentikannya, dia berteriak dan mengikutinya, mencoba membuka pintu yang terkunci dari dalam. Dia berteriak teriak sambil menggedor gedor pintu itu dan semakin histeris saat melihat arah yang mengalir dari bawah pintu.


Dan...Jaksa Park terbangun, istrinya berlari mnghampiri sambil menanyakan keadaannya. Jaksa Park kaget melihat dirinya berada di depan kulkas. Istrinya semakin heran sambil melihat ke lantai. Jaksa Park pun menyadari sesuatu, dia ikut melihat ke lantai dan ternyata.....Jaksa Park ngompol.


Jaksa Park mendatangi Pearson yang disambut dengan senyuman. "Alex adalah pembunuhnya, sedangkan kamu bukan. Kamu tanpa cacat". Kamera bergerak kearah tangan Pearson yang diborgol tapi terdapat 4 titik tatoo.



Pengadilan ke 6, 8 September.
 


Kesaksian dari OID.
"Sekarang ini dia mempunyai 4 tatoo sedangkan pada saat penyidikan di OID hanya terdapat 3 buah titik tatoo. Dan 3 titik tatoo pada lengan kiri adalah sebuah tanda dengan arti 'my crazy life'. dari yang aku tahu, kami dari pihak OID sudah mengkonfirmasi kalau dia memang salah satu anggota gank itu. Hispanic gank yang dikenal dengan nama Norte 14".

Pengacara Jang menanyakan ketidak percayaan kejaksaan pada hasil investigasi OID tapi orang OID tidak tahu alasannya. Bule ini pun menyatakan kalau OID adalah seperti halnya FBI dan dia sudah jadi penyidik disana selama 15 tahun khusus di bagian gank dan kriminal anak.



Kesaksian teman Alex dan Pearson yang seorang Afro Amerika,

"AJ dan teman teman Pearson turun kebawah ke restoran burger, tak lama kemudian AJ kembali ke meja tapi dengan baju dan muka yang belepotan darah".


Ketika ditanya yang terjadi, Alex tersenyum senang dan bilang, "Kami baru saja menusuk seseorang di lehernya. Temannya itu marah, bangkit dan meninggalkan Alex.

Hakim meminta n itu memperjelas apa yang dikatakan Alex tentang motif pembunuhan itu. "Alex bilang, dia melakukannya untuk kesenangan".


Berbagai  reaksi muncul, ayah menghela napas kemudian mendongak dan memejamkan mata, ibu korban menangis, Pengacara Jang merahuh. Koran pun mencetak pernyataan itu. Masyarakat gempar, koran mencetaknya.


Kepala kejaksaan membaca artikel itu, dia menghela nafas panjang dan minta Jaksa Park untuk berhati hati dan menyelesaikannya dengan baik sampai akhir. Jaksa Park pun meninggalkan ruangan.



Pembacaan keputusan....6 Oktober


"Sekarang kita akan menyimpulkan, terakhir saya ingin menanyakan 2 hal pada terdakwa, tspi saya menanyakan ini sebagai laki laki bukan sebagai hakim. Kepada para terdakwa, saya minta menjawabnya dengan jujur sebagai seorang manusia. Diantara kedua terdakwa, apa pembunuh itu ada ?". Alex dan Pearson menjawabnya iya.


Saat ditanya siapa yang membunuh Jo Joong Pil, Alex menunjuk Pearson, orang yang ada disebelahnya. dan ketika yang ditanya Pearson. Dia menjawab, Alex lah pelakunya, Alex..orang yang berdiri disebelahku".


bersambung....



No comments:

Post a Comment