Friday, November 9, 2012

Sinopsis The Case of Itaewon Homicide Part 3


Hakim mempersilahkan Jaksa Park membacakan tuntutannya.




"Pada 8 April 1997 pada pukul 10 malam, sembari makan di sebuah restoran burger dengan Robert J. Pearson dan 4 orang lainnya, dia mengatakan kalau diaa kan memperlihatkan sesuatua yang keren yang kemudian diketahui kalau Jung menusuk korban Jo Joong Pil sebanyak 9 kali yang sedang buang air kecil pada waktu yang sama".


Tiba tiba seorang pengunjung berteriak histeris, ternyata ibunya Joong Pil, "Kembalikan anakku, dia tidak melakukan sesuatu yang salah". Sementara ayah Alex menyangkal juga sambil berteriak, "Anakku bukan pembunuh". Suasana gaduh sebentar sebelum hakim memintanya diam dan mengatakan kalau dia tidak akan melanjutkan sidang kalau audiens tidak koperatif.


Pengacara Jang dipersilahkan untuk melakukan tanya jawab pada Alex. Dia menanyakan seberapa dekat mereka menjadi teman dan orang seperti apa Pearson itu. Alex menjawabnya kalau Pearson orang yang berbahaya karena selalu membawa pisau kemana mana dan akan menggunakannya untuk sesuatu.

Jaksa Park interupsi, dia merasa Alex hanya berspekulasi, hakim menyetujuinya dan menghapus pernyataan tersebut. Pengacara Jang meneruskan, menanyakan kejadian malam itu. Alex kembali memojokkan Pearson.

Tapi pernyataan Alex kali ini ternyata tidak ada saat penyelidikan, alasan Alex, "karena Jaksa Park kasar kepadaku sehingga aku tidak bisa mengingatnya".

Dalam perjalanan, Jaksa Park berbincang dengan ibu korban, dia heran kenapa pengadilan malah fokus pada Pearson dan seakan akan membuat Pearson menjadi narapidana. Ibu minta Jaksa Park untuk melakukan yang terbaik untuk keadilan anaknya


Di pertandingan sepakbola, Jaksa Park menguasai bola sendirian tanpa mengopernya pada yang lain. Dia hanya terhenti ketika dia terjatuh. Temannya mengingatkan Park kalau permainan ini adalah permainan team dan kenapa harus terbebani dengan kasus Alex.


Alex dan  Pearson bisa jadi keduanya adalah pelaku dan tersangkanya. Jaksa Park berpendapat lain, dia tidak bisa melakukan itu karena pasti hanya salah satu dari mereka yang melakukan kejahatan.


Pengadilan kedua,16 Mei 1997.


Jake jadi saksi. Jaksa Park menanyakan beberapa hal termasuk posisi duduk dia ketika makan malam itu. dia mengiyakan kalau dia duduk disebelah alex dan di depan Pearson. Ketika pisau itu diperlihatkan, dia mengataka Pearson mengambilnya untuk memotong burger.


Jaksa Park, "Siapa yang terakhir memegang pisau ini diantara keduanya ?"
Jake, "AJ menyimpan pisau itu di sakunya, tapi aku tidak tahu kalau dia yang terakhir memegangnya". Jaksa Park mengernyitkan dahinya. Dia seperti teringat sesuatu.

Jaksa Park, "Apa kamu pernah diminta kesaksian di kejaksaan kalau Alex adalah yang terakhir memegang pisau itu?"
Jake, "Saat itu kami keluar untuk merokok, jadi aku tak tahu pasti apa yang Alex lakukan kemudian".

Saat ditanya percakapan selanjutnya diantara mereka, saksi menyatakan "l'l show you something cool, come with me". Tapi saat ditanya siapa yang mengatakan hal itu, kamera bergerak ke arah Alex Pearson, Pengacara Jang, Ayah Jung, Ibu Joong Pil dan pengunjung. Then scene pindah....jawaban tidak diperlihatkan. Berikut ekspresi orang orang yang tegang menunggu jawaban Jake.



Pengacara Jang menunggu di luar sidang, saat melihat Jaksa Park dia memanggilnya dan meminta dia untuk lebih sopan di ruang sidang. Jaksa Park acuh dan ngeloyor pergi sambil menghela nafas.


Sejenak dia tertegun mendengar pujian Mr Jung pada Pengacara Jang. Dan lebih terkejut ketika mendengar saksi tadi berbicara dengan Pengacara Jang dan Mr. Jung yang mengajaknya untuk makan siang.
Jaksa Park mencium sesuatu.


Park masuk kantornya dalam keadaan emosi. Dia mencceritakan pada rekannya kalau Jake mengubah pernyatannya. Park meneliti kembali semua pernyataan Jake yang pernah diambil OID, polisi, kejaksaan dll. Setumpuk berkas dimejanya, dia ditemani penyidik A.


Semua pernyataannya sudah ditranslate dan dia menyatakan keheranannya kenapa NOO yang menterjemahkannya. Penyidik A, "Dia lulusan bahasa Inggris dan mendapat TOEFL tertinggi", Dia orang paling pintar berbahasa Inggris di kantor kami". Ketika Park minta orang itu dipanggil, penyidik A menyatakan kalau dia dipecat 10 hari lalu.


Pengadilan 3, 9 Juni 1997.


Seorang teman lainnya menjadi saksi. "Ketika mereka membicarakan tentang pisau, aku merasa tidak nyaman dan meninggalkan mereka. Aku keluar melalui emergency exit dan merokok". Shelly, Jake dan Michael ada bersamanya tapi kemudian Shelly dan Michael pergi duluan ke Skyhigh baru Jake. Dia menyusulnya tak lama kemudian.


Pengacara Jang mencoba mengarahkan jawaban saksi, Jaksa Park tidak bisa menerima pernyataan yang menyebutkan yang pertama menaiki tangga adalah yang pertama keluar toilet.

Jaksa Park, "Apa kamu berpikir Pearson yang pakaiannya penuh darah keluar dari toilet, menuju restoran yang penuh dengan orang dan begitu saja naik tangga?". Pertanyaan untuk saksi yang benar harusnya adalah, "Apa betul Alex datang dengan percikan darah pada tubuh dan pakainnya sementara Pearson datang dengan wajah, dada dan baju yang dipenuhi darah ?", Hakim meluruskan. Saksi mencoba mengingat dan..."iya..."
 

Alex makan pizza  dengan lahapnya, Mr. Jung melihat anaknya dengan miris. dia menyesal telah membiarkan Alex terlibat dalam masalah. Dia juga menyatakan penyesalannya karena Alex harus ke Korea, andai saja Alex tetap di USA....

Alex mengeluhkan makanan penjara dan kotornya sel. dia minta ayah untuk segera mengeluarkannya. Ayah memintanya untuk sabar sampai putusan dibacakan. Tidak ada bukti yang meringankan, pernyataan para saksi pun tidak membantunya. 


Alex marah dan berujar yang membuat ayah kaget, "Aku harus benar benar memperlihatkan pada mereka......!! terhenti disitu. Alex tidak melanjutkannya dan mengatakan pada ayah tidak apa apa.



Pengadilan 4, 20 Juni 1997.


Profesor bersaksi *sepertinya dia ahli forensik*. "Darah yang keluar dari arteri karotid akan seperti air mancur, yang berefek akan seperti spray yang disemprotkan ke baju".

Jaksa Park, "Apa saudara pikir kalau darah yang memercik seperti air mancur dapat sampai ke Alex yang sedang mencuci tangannya di wastafel meski Pearson menghalangi di depannya?".
Profesor, "darah tidak akan memancar seperti air, dan ketika ada seseorang didepannya..ya..maka itu tidak mungkin terjadi".

Jaksa Park menanyakan tentang profesinya yang asisten profesor di sebuah universitas. Profesor mengiyakan dan dia berada di jurudan Forensik Medicine.
"Antara Alex dan Pearson, ditilik dari forensic medicine menurutmu siapa yang menusuk korban ?".

Pengacara Jang keberatan tapi ditolak hakim. "Sulit untuk dikatakan, berasumsi salah satu dari mereka pelakunya, kalau dilihat dari luka yang ditimbulkan dan memancarnya darah maka bisa disimpulkan yang menerima percikan darah adalah pelakunya". Ayah berdiri dan marah, "Omong kosong!".


Tapi profesor diam ketika diminta Jaksa Park untuk mengatakan dengan jelas nama pelaku yang dimaksudnya. Beralih ke pengacara Jang sekarang yang menunjukkan foto foto yang diambil sesaat setelah insiden.


"Seperti yang kalian lihat, ada darah sisa di sudut bawah wastafel, Pearson menyatakan kalau dia adalah melihat kejadian dari sudut wastafel dan mendorong korban, tapi mengapa darah bisa ada pada sudut wastafel ?".


Profesor, "Itu bisa saja terjadi kalau korban jatuh ke arah Pearson dan dia memercikan darah dan Pearson mendorongnya". "Apa kamu benar benar yakin itu mungkin ?". Selama percakapan itu, Jaksa Park melihat foto wastafel yang penuh darah sambil membayangkan yang mungkin terjadi.


"Pearson mengatakan kalau dia mendorong korban, kalau yang saudara katakan adalah benar, korban yang jatuh ke arah urinal pot bangun dan kemudian terjatuh lagi, apa itu terlihat mungkin setelah menerima 9 tusukan ?". Jaksa Park berpikir.....


Kembali ke kantor, Park menerawang jalanan dari jendelanya, temannya yang bertanya dijawab dengan kalau Profesor Lee menjawab semuanya dengan jujur...sehingga dia tidak bisa merayakan apapun sebelum putusan dibuat. Kesaksian prof. Lee yang terakhir menimbulkan sesuatu di otak Jaksa Park. Rekannya pamit pulang, Jaksa Park masih melamun.

Dia menghabiskan malam di kantornya, menganalisa satu persatu foto di TKP. Ternyata Pengacara Jang juga sedang galau di kantornya. Dia mendalami kasus itu dan mencoba menganalisa baik baik.


Keesokan hari di rumahnya, Jaksa Jang masih melamun, dia mendengar anak anaknya bermain tembak tembakan. Sesaat memperhatikan mereka sebelum kemudian memanggilnya.


Ji Sun mengeluh kalau kakaknya tidak mau meminjamkan senapan airnya.


Tiba tiba Jaksa Park mendapat ide, dia meminta anaknya memperagakan sesuatu, seperti kejadian malam itu menurut berbagai kesaksian. Anaknya protes tapi dia mengulang lagi.


bersambung....




No comments:

Post a Comment